Sosok Nyi Ratna Kembang Penunggu Jembatan Cikembang, Suka Iseng Ketika Ada Calon Pengantin Lewat

21 Mei 2024, 19:00 WIB
Jembatan Cikembang di Desa Bangbayang, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis, menyimpan cerita mitos, yang konon arwah perawan akan terusik bila ada rombongan pengantar pengantin melintasi jembatan /

KABAR CIAMIS,- Nuansa mistis masih menyelimuti jika melintas di jembatan Cikembang yang menghubungkan Desa Cieurih dan Desa Bangbayang, Kecamatan Cipaku,Kabupaten Ciamis.

Menurut cerita yang beredar di masyarakat, arwah perawan akan terusik bila ada rombongan pengantar pengantin melintasi jembatan tersebut.

Kepala Desa Bangbayang, Asep Riky Darmawan mengatakan, pantangan terkait dengan pernikahan warga Bangbayang tersebut sampai saat ini masih banyak yang percaya.

Pantangan itu, jika rombongan pengantin yang melintasi jembatan Cikembang, akan mengalami gangguan.

“Menurut cerita Bapak Suparna dan Bapak Umar Habsi, pantangan ini dilatarbelakangi kisah seorang perawan yang tinggal di dekat jembatan Cikembang. Dulu wanita tersebut tidak menikah, sampai akhirnya meninggal dunia,” katanya, Selasa (21/5/2024).

Lanjutnya menceritakan, bahwa mitos melintasi jembatan Cikembang ini, arwan tersebut merasa terusik jika ada rombongan yang mengantar pengantin.

Arwah tersebut dipercaya akan mengganggu kehidupan rumah tangga si pengantin. Selain itu, pernikahannya menjadi tidak awet. 

“Dari peristiwa tersebut, muncul ungkapan apabila perawan tidak kawin maka akan jadi pengganggu. Sehingga kepercayaan tersebut masih ada sampai saat ini,” tuturnya.

Karena adanya mitos tersebut, maka jika ada warga Bangbayang yang akan menikah dan kampungnya dipisahkan oleh jembatan Cikembang tidak akan melintasi jembatan itu.

Bahkan rombongan yang mengantar pengantin lebih baik memilih jalan lain, daripada harus melintasi jembatan Cikembang.

“Menurut cerita, sosok perawan yang menghuni jembatan Cikembang bernama Nyi Ratna Kembang,” katanya.

Menurutnya Asep, pantangan tersebut memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat, yang berfungsi sebagai pemelihara nilai-nilai tradisional dan identitas budaya.

Dengan mematuhi tabu dan pantangan ini, setidaknya bisa menjadi bahan peringatan. Tujuannya agar tidak terjadi pada masa berikutnya.

“Umumnya di setiap daerah memiliki pantangan yang unik, sesuai dengan budaya dan tradisi lokalnya masing-masing,” pungkasnya

Editor: Endang SB

Tags

Terkini

Terpopuler